Tanjung Selor, NEAZONE.ID – Pemerintah sudah menerapkan setiap bulan Februari dan Agustus menjadi bulan timbangan dengan pemberian vitamin A pada balita juga melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan. Langkah ini untuk dapat mengetahui status gizi balita yang merupakan tolak ukur status gizi masyarakat.
Data menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat Kalimantan Utara (Kaltara) dalam kegiatan penimbangan balita di posyandu mengalami penurunan. Jumlah kunjungan balita ke posyandu pada semester 1 tahun 2023 hanya mencapai rata-rata 30,25 persen dari target yang seharusnya mencapai 90 persen.
Selain itu, data dari sistem pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat menunjukkan bahwa pada bulan Juni dan Juli tahun 2023, capaian pengukuran masih jauh di bawah jumlah sasaran yang seharusnya diukur. Pada bulan Juni 2023, capaian pengukuran hanya mencapai 26,4 persen, sedangkan pada bulan Juli 2023, angka tersebut turun menjadi 24,1 persen.
Wakil Gubernur (Wagub) Kaltara, Dr. Yansen TP, M.Si, mendorong jajaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltara dan instansi teknis, serta Pemerintah Kabupaten/Kota, khususnya tingkat terbawah seperti Kepala Desa dan Camat, untuk aktif dalam sosialisasi kepada masyarakat. Tujuan dari sosialisasi ini adalah untuk mengajak masyarakat segera mengukur tinggi badan dan menimbang berat badan anak-anak, sebagai bagian dari upaya kolektif dalam pencegahan stunting.
“Stunting berpotensi merugikan perkembangan anak. Namun, tindakan nyata yang kita lakukan saat ini dapat mengubah masa depan. Anak-anak Kaltara harus menjadi generasi unggul untuk meneruskan peran penting dalam bangsa,” ungkap Wagub Kaltara Yansen TP saat membuka Kampaye Optimalisasi Pelayanan Posyandu pada Setiap Bulan Timbang secara daring di ruang kerjanya pada Senin (28/8/2023).
Sebagai Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Provinsi Kaltara, Wagub memberikan apresiasi dan merespon positif terhadap kegiatan ini.
“Semoga melalui kegiatan ini, kita dapat meningkatkan optimalisasi pelayanan posyandu dan meningkatkan pemahaman serta kesadaran akan risiko stunting. Dengan demikian, kita dapat berkolaborasi dalam usaha menurunkan angka stunting di Provinsi Kaltara,” ungkap Wagub Yansen TP.
Kasus stunting, seperti yang telah diketahui, dapat dikenali dari karakteristik fisik anak, terutama perbedaan tinggi badan dengan anak sebaya. Keadaan ini terjadi akibat gangguan pertumbuhan yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang memadai. Pertumbuhan anak bukan hanya sebatas berat badan, tetapi juga mencakup tinggi badan. Tinggi badan anak menjadi indikator penting dalam mengenali stunting, karena itu mencerminkan tingkat pemenuhan nutrisi yang diterima oleh anak.
Pemahaman mengenai bahaya stunting memang masih perlu ditingkatkan di masyarakat. Oleh karena itu, sangat penting untuk memberikan arahan dan informasi yang lebih dini kepada masyarakat. Posyandu memiliki peran krusial dalam hal ini dengan menggunakan alat antropometri yang disediakan oleh Kementerian Kesehatan RI. Alat ini sangat membantu dalam mendeteksi secara lebih awal adanya potensi perlambatan pertumbuhan berat badan anak yang bisa berujung pada malnutrisi kronik dan akhirnya stunting. Dengan deteksi dini ini, langkah-langkah pencegahan dan intervensi bisa diambil sebelum masalah bertambah serius.
Pada tahun 2023, terdapat total 781 Posyandu yang aktif di wilayah Kaltara, dengan rincian yakni Tarakan (149), Bulungan (211), Nunukan (259), Malinau (126), dan KTT (36). (dkisp)