KORBAN PERAMPOKAN BOLA EMAS

Olahraga, Opini, Pemuda1144 Views

OLEH : GATOT ABDUL JUKERI

 

Kontroversi terpilihnya Lionel Messi sebagai pemenang Ballon d’Or 2023 menjadi topik hangat di jagat sepakbola. Banyak yang berpendapat bahwa Lionel Messi tidak pantas mendapatkannya karena sepanjang tahun 2023 dirinya tidak cukup berprestasi baik di level klub maupun tim nasional. tak sedikit pula yang berpendapat bahwa ada pemain lain yang lebih layak untuk mendapatkannya seperti Erling Haaland yang meraih treble winner di Manchester City atau Julian Alvarez yang meraih treble winner bersama Haaland dan Piala Dunia bersama Messi di tim nasional Argentina.

 

Namun kejadian seperti ini bukanlah hal baru dalam penghargaan yang dihelat oleh majalah France Football ini. Pecinta sepakbola tentu masih ingat saat Wesley Sneijder yang digadang-gadang menjadi peraih bola emas pada 2010 setelah meraih treble winner bersama FC Internazionale dan berhasil masuk final Piala Dunia Afrika Selatan namun justru hanya menempati peringkat keempat pada penghargaan pemain terbaik sejagat.

 

Kejadian yang sama terulang kembali pada edisi 2013 dimana saat itu Franck Ribery baru saja meraih treble winner bersama Bayen Munich namun bernasib sama seperti yang dialami oleh Senijder pada edisi 2010. Tujuh tahun berselang tepatnya pada tahun 2020 kontroversi kembali hadir setelah pihak penyelenggara Ballon d’Or tidak memberi penghargaan pada tahun tersebut karena alasan utama adanya pendemi Covid 19. Penghargaan yang digadang-gadang akan diraih oleh Robert Lewandowski ini justru tidak diselenggarakan dengan dalih peraturan dan format kompetisi berubah. Padahal saat itu Lewandowski berhasil membawa Bayern Munchen meraih treble winner dan berhasi mencetak 35 gol dalam 1 musim dan terbanyak di 5 liga teratas eropa.

 

Seolah mengulang sejarah, Haaland dan Alvarez juga gagal meraih Ballon d’Or tahun ini meskipun berhasil meraih treble winner bersama klubnya, Manchester City. Pecinta sepakbola tentu setuju jika Haaland meraih penghargaan bola emas tahun ini mengingat prestasinya yang mentereng di level klub. Haaland berhasil mencetak 36 gol pada musim perdananya bersama Manchester biru. Jika menilik pada level tim nasional, Haaland memang belum mampu berprestasi bersama Norwegia tetapi akan jadi hal berbeda jika hal ini dilakukan kepada Julian Alvarez. Pria Argentina ini terbilang moncer baik bersama Manchester City maupun tim nasional Argentina. Di level klub Alvarez berhasil mencatatkan 17 gol dari 49 pertandingan dan kebanyakan bermain sebagai pemain pengganti. Sedangkan di tim nasional Argentina dirinya berhasil mencetak 5 gol dari 13 pertandingan.

 

Terpilihnya Messi sebagai pemenang bola emas tahun ini seolah membungkam statistik pemain-pemain yang gagal meraihnya meski bergelimang prestasi bersama klubnya. Jika indikator pemilihannya adalah statistik pribadi maka Haaland lebih layak untuk mendapatkannya. Sedangkan jika indikatornya adalah level tim nasional dan klub maka Alvarez sangat layak untuk meraihnya. Tetapi kita harus menilik proses pemilihan pemenang Ballon d’Or ini merupakan proses voting yang dilakukan oleh 100 orang wartawan olahraga yang tersebar di seluruh dunia. Sehingga statistik tidak berperan banyak karena ini adalah murni “like or dislike”, tergantung subjektifitas individu pemilik hak suara.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *