Mantan Penyelenggara Pemilu Ingatkan Bahaya Politik Identitas di Kaltara

Tarakan, NEAZONE.ID – Pembahasan mengenai Politik identitas dan politisasi agama masih menjadi isu hangat menjelang Pemilu 2024 di Indonesia. Namun hal tersebut dinilai sangat sulit dihindari.

“Sesuai artinya politik itukan cara untuk mencapai suatu tujuan, yang saya khawatirkan jika identitas yang dipakai itu SARA (Suku Agama Ras dan Antar Golongan) untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat yang dapat menyinggung satu atau kelompok lainnya”, terang Dr. Syafruddin, S.H., M.Hum dalam dialog di Program 1 RRI Tarakan. Jumat, (8/12/2023).
Bahayanya, lanjut Ketua KPU Tarakan periode 2004-2009 dan 2009-2014 ini, adalah politisasi agama yang dilakukan untuk mempopulerkan dirinya.

“Justru yang baik itu adalah politik identitas kebangsaan, seperti semboyan negara, NKRI, bela tanah air dan banyak lagi”, tambahnya.

Sementara itu, akademisi yang juga merupakan Anggota Bawaslu Kaltara  2015-2022, H. Mumaddadah, SH., MH menjelaskan, politik etnis juga sangat kental dalam kehidupan bermasyarakat.
Kedewasaan dan saling mengingatkan adalah kunci dalam menjaga kondusifitas serta menciptakan pesta rakyat yang riang bahagia.

“Pengalaman kami di 2015, sempat tuh rame yah. Ada beberapa kelompok yang tidak puas dengan hasil pemilu dan menggiringnya menjadi sebuah aksi. Ada jejak digitalnya (red: Pilkada Gubernur 2015)”, jelas Mumaddadah.

Maka, sambung Akademisi Hukum UBT ini, semua harus bisa menahan diri, jangan sampai terpancing dengan adu domba yang menjadikan SARA ini adalah penyebabnya, karena menurutnya, SARA memang adalah kampanye termurah dan memiliki efek besar.

Tiga Narasumber Dialog Sapa Kaltara di Program 1 RRI Tarakan, (8/12/2024).

Sejalan dengan itu, Muhammad Arbain, S.Pd.I., M.Pd juga mengingatkan masyarakat, bahaya politisasi agama, karena menurutnya agama adalah makanan empuk para penganut paham radikalisme untuk menyemaikan ideologinya.

“Media sosial menjadi wadah bebas saat ini, ladang kampanye para kelompok terlarang yang sudah banyak mengganti nama. Jangan sampai kita terpancing dengan ideologi mereka yang memanfaatkan momentum pemilu memecah belah bangsa”, pungkas Arbain. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *