Tarakan, NEAZONE.ID – Seorang mantan tersangka atau narapidana terorisme (napiter) yang saat ini menetap di Kabupaten Tana Tidung, membagikan kisah kelamnya kepada 50 santri, Yayasan Hujan Assalam sambil ngabuburit sebelum berbuka bersama, di Masjid Modern Hujan Assalam, Jumat 15 Maret 2024.
Mustaghfirin diketahui merupakan jaringan dari pelaku teror Nurdin M Top dan juga Dr. Azhari tak sungkan menceritakan bagaimana paham radikalisme dan terorisme bisa membawa dirinya ke balik jeruji besi.
“Saya awalnya remaja yang sama seperti kalian namun dalam mencari jati diri, saya terperangkap oleh propaganda teroris yang kian marak waktu itu 2005-2006”, jelas Mustaghfirin.
Dihadapan generasi muda, ia juga menyampaikan perjalanan menuju terorisme tidak hanya berdampak buruk pada dirinya sendiri, tapi juga masa depan dan keluarganya.
“Saya berusaha menyampaikan pesan bahwa terorisme tidak membawa kebaikan apa pun. Itu hanya menghancurkan kehidupan setiap orang yang ada dilingkaran tersebut” tegasnya.
Dengan berbagi cerita dan pengalaman pahitnya, eks Napiter ini berharap dapat mencegah orang lain terjebak dalam lingkaran terorisme. Dia menekankan pentingnya pendidikan, pemahaman, dan dialog untuk melawan paham radikalisme yang merusak.
“Yang harus diantisipasi oleh anak muda saat ini, keluarga, guru, dunia pendidikan dan tokoh agama dan masyarakat bagaimana paham-paham radikalisme ekstrim dan terorisme ini mainkan di sosial media dan internet”, tutupnya (*)