Oleh : Annida Zakkiah A
(Wakil Presiden BEM UBT 2023)
“Pesona perempuan bukan soal kesempurnaan tapi dari pengaruh yang mereka berikan. Perempuan dan pesonanya tak akan redup hanya karena ketidaksempurnaan, perempuan dan pengaruhnya tak akan surut hanya karena mitos keterbatasan”. – Najwa Sihab.
Kutipan manis yang disampaikan Najwa Sihab untuk seluruh perempuan hebat. Kerap kali ketika kita mendengar kata ”Perempuan” yang ada dalam pikirkan kita ialah makhluk yang lemah dan gemulai, lembut, perasa, pendamping, pelayan, dan penggoda. Dalam Era Yunani kuno oleh filsuf ternama memandang derajat perempuan sangat rendah. Bagaimana tidak, perempuan saat itu hanya dianggap sebagai alat penerus keturunan, pembantu rumah tangga, dan pelepas hawa nafsu pria semata.
Dalam lembar sejarah dunia, perempuan bagai tiada harganya. Menurut pandangan Socrates teman yang loyal ialah yang wajib dan sanggup meminjamkan istrinya kepada teman-temannya, sebaliknya Demosthenes beranggapan seorang perempuan hanya digunakan untuk menghasilkan anak. Sedangkan Aristoteles menyangka perempuan termasuk dalam kelas hamba sahaya.
Sebelum Islam hadir, perempuan tidak dapat ikut andil dalam hal apapun. Menjadi budak, haknya dirampas, dijual-belikan serta masyarakat tidak menghormati mereka selayaknya manusia. Perempuan yang terhormat jika berasal dari keturunan raja atau bangsawan. Bahkan perempuan disama artikan dengan sebuah benda yang leluasa diperjual belikan. Setelah islam hadir, barulah orang-orang menyadari akan pentingnya perempuan dalam mengubah dunia.
Indonesia dalam catatan sejarah juga memiliki masa kelam akan kisah kaum perempuan. Norma kultural masyarakat di masa itu menilai perempuan tidaklah lebih dari seseorang yang aktivitasnya hanya dihabiskan di dalam rumah. Hadirnya R.A Kartini yang menjadi sosok pahlawan perempuan Indonesia yang mampu mengubah pandangan masyarakat bahwa perempuan juga dapat memiliki hak yang sama dengan laki-laki, perempuan tidak terbatas untuk memilih jalan hidupnya sendiri, perempuan mampu terlibat dalam pengambilan keputusan di dalam keluarga, serta perempuan mempunyai kemerdekaan untuk memperoleh pendidikan setinggi-tingginya dalam mewujudkan cita-citanya.
Walaupun buah yang dituai dari perjuangan R.A Kartini begitu besar bagi perempuan Indonesia namun sampai saat ini masih banyak stereotip perempuan yang ”tidak perlu sekolah tinggi-tinggi”, ”perempuan tidak perlu berkarir, ”perempuan harus menjadi ibu rumah tangga”, ”perempuan harus pandai masak”, ”perempuan materialistis” dan masih banyak lagi. Padahal dalam bahasa Jawa Kuno, Perempuan berasal dari kata empu yang berarti tuan, mulia dan terhormat. Meskipun perempuan memiliki definisi demikian tidak sedikit perempuan dikerdilkan dengan berbagai konflik, diskriminasi, termasuk kekerasan yang masih banyak dialami perempuan Indonesia.
Dikutip dari Catatan Tahunan (CATAHU) Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan pada tahun 2023 terdapat sebanyak 339.782 pengaduan kekerasan berbasis gender (KBG), yang 3.442 di antaranya diadukan ke Komnas Perempuan. Kekerasan di ranah personal masih mendominasi pelaporan kasus KBG, yaitu 99% atau 336.804 kasus. Pada pengaduan di Komnas Perempuan, kasus di ranah personal mencapai 61% atau 2.098 kasus. Untuk kasus di ranah publik, tercatat total 2978 kasus dimana 1.276 di antaranya dilaporkan kepada Komnas Perempuan. Sementara itu, kasus kekerasan di ranah negara hanya ditemukan di Komnas Perempuan, dengan peningkatan hampir 2 kali lipat, dari 38 kasus di 2021 menjadi 68 kasus di 2022.
Merujuk data dari SIMFONI PPA (Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak) pada tahun 2022 kasus kekerasan terhadap perempuan di Kalimantan Utara yang terdiri dari 5 Kabupaten/Kota terdapat sebanyak 182 kasus. Meliputi fisik 90 kasus, psikis 55 kasus, seksual 14 kasus, penelantaran 16 kasus dan lainnya. Dan pada tahun 2023 ini, Kalimantan Utara secara spesifikasi kasus kekerasan perempuan menduduki nomor urut empat di seluruh wilayah Indonesia. Pencapaian ini bukan hal yang patut untuk dibanggakan oleh warga Kalimantan Utara karena ini menjadi masalah serius yang harus mendapat perhatian khusus.
Alih-alih membantu mengurangi kasus yang terjadi sesama perempuan. Sampai hari ini masih banyak perempuan yang melakukan hal-hal kontraproduktif yang imbasnya membuat stigma tentang perempuan dulu dan sekarang tidak ada bedanya. Contoh kasus kontraproduktif yang terjadi di kota Tarakan di tahun 2022, yaitu kasus 2 perempuan muda menjadi kurir narkoba jenis sabu seberat satu kilogram. Dan pada tahun 2023 ini terdapat kasus pencurian yang dilakukan oleh ibu rumah tangga.
Dengan demikian, hal tersebut tidak boleh luput dari perhatian kita bersama. Sebagai perempuan kita harus memiliki langkah konkret untuk menyelesaikan persoalan tersebut, terkhusus pada kaum muda yang harus menjadi lokomotif dalam melakukan usaha serta upaya untuk menjadi perempuan yang sebagaimana mestinya bukan sebagai mana adanya.
Perempuan yang sebagaimana mestinya ialah perempuan yang memiliki alam pikiran dan kondisi kehidupan yang maju tanpa mengalami hambatan maupun diskriminasi secara struktural maupun kultural atau yang kita kenal dengan perempuan berkemajuan.
Perempuan berkemajuan ialah seorang perempuan yang terus bergerak maju dengan basis keilmuan, berkarakter cendikiawan, dan mampu eksis dalam ruang publik. Seorang perempuan berkemajuan tentu menghindari segala aktivitas yang merendahkan martabat dirinya sebagai seorang perempuan.
Risalah Perempuan Berkemajuan merupakan kristalisasi dari pandangan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah terhadap peran perempuan sebagai hamba Allah swt. dan khalifah fil ardl yang menciptakan kemakmuran serta pencerahan bagi semesta secara inklusif menilai dari latar bekalang suku, rasa, agama untuk mewujudkan kehidupan perempuan yang lebih baik. Hal ini termaktub dalam Risalah Islam Berkemajuan yang merupakan salah satu keputusan penting dalam Muktamar ke-48 Muhammadiyah.
Bahwa menjadi perempuan berkemajuan merupakan karakter yang harus dimiliki semua perempuan dari berbagai golongan yang melintas batas. Dalam teori tersebut, ada 3 tahap pendekatan agar kita perempuan mempunyai karakter perempuan berkemajuan yaitu diantaranya : 1) Bayani, prinsip serba mungkin dan prinsip diskontinuitas. Sebagai contoh kain tidak mesti terbakar oleh kayu, air tidak mesti membasahi kain. 2) Burhahi, sistem pengetahuan yang berbasis akal dan empirisme. 3) Irfani, upaya meningkatkan kepekaan nurani dan ketajaman intuisi batin melalui pembersihan jiwa, sehingga suatu keputusan yang kita ambil tidak hanya didasari dari kecanggihan otak belaka saja tapi juga berdasarkan adanya kepekaan tersebut untuk menginsafi berbagai masalah dan keputusan yang diambil mampu menanganinya dan mendapatkan petunjuk dari yang maha kuasa.
Selain memiliki karakter perempuan berkemajuan, komitmen menjadi hal yang sangat penting yang harus menyatu dalam karakter tersebut. Artinya perempuan berkemajuan harus memiliki karakter dan komitmen yang sejalan dengan tuntutan zaman dengan mengaktualisasikan ilmu dan berkembang sejalan dengan kompleksitas kemajuan zaman. Komitmen perempuan berkemajuan yang mesti kita miliki ialah komitmen terhadap penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pembaharuan orientasi nilai, pelestarian lingkungan, penguatan keluarga sakinah, pemberdayaan masyarakat, aktor perdamaian, partisipasi publik dan kemanusiaan universal.
Indonesia memiliki banyak perempuan yang sudah membuktikan komitmennya menjadi perempuan berkemajuan dengan pengaruh dan kontribusi besarnya untuk Indonesia. Dalam mangkuk sejarah, Cut Nyak Dien ialah sosok pahlawan nasional yang berhasil memimpin pasukan perempuan dalam peperangan melawan Belanda dan berhasil mempertahankan wilayah Aceh.
Selanjutnya Raden Ajeng Kartini sebagai pionir dalam perjuangan emansipasi perempuan, memperjuangkan kesetaraan gender serta hak-hak pendidikan bagi perempuan dan menentang tradisi pembatasan perempuan pada zamannya. Dewi Sartika yang memiliki peran penting dalam pendidikan dan pemberdayaan perempuan di Indonesia karena ia merupakan pendiri sekolah perempuan pertama di Indonesia yaitu Sekolah Istri pada tahun 1904.
Selanjutnya, Megawati Soekarno Putri menjadi sosok perempuan pertama yang menduduki jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia dan telah memperjuangkan partisipasi politik perempuan. Khofifah Indra Parawansa juga merupakan seorang politikus yang menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur. Retno Marsudi yang merupakan perempuan pertama yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia yang juga memperjuangkan partisipasi politik perempuan dan perjuangan hak-hak perempuan dalam masyarakat. Sri Mulyani Indrawati ialah seorang ekonom terkemuka di Indonesia sekaligus menjadi orang Indonesia pertama yang menjabat sebagai Direktur Pelaksanaan Bank Dunia. Prof. Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin, M.A yang merupakan Guru Besar bidang pejuang hak asasi manusia dan gender fakultas syariah dan hukum UIN Sunan Kalijaga.
Di Kalimantan Utara sendiri juga terdapat perempuan hebat seperti Suryani, S.E, M.Pd yang menjabat sebagai Ketua Badan Pengawas Pemilu Kaltara. Dan 5 perempuan hebat yang telah memperoleh penghargaan Gubernur Kaltara Drs. H. Zinal A. Paliwang, S.H, M.Hum yaitu Misri Ayu Sintrik dari Kabupaten Bulungan yang berjasa dalam Bidang Pertanian (Ketahanan Pangan). Kemudian Olipianti S.PD.K dari Kabupaten Malinau yang berjasa dalam Bidang Pendidikan. Lalu, Maslichah Raihatuk Janah dalam Bidang Sosial dan Budaya. Siti Aminah dari Kota Tarakan yang berjasa dalam Bidang Lingkungan Hidup. Serta, Margaret, AMD.Keb dari Kabupaten Nunukan yang berjasa dalam Bidang Kesehatan.
Tokoh-tokoh Perempuan tersebut menjadi wujud nyata dari karakter dan komitmen akan seorang perempuan hebat yang bisa menjadi angin segar untuk perempuan Indonesia. Ini saatnya bagi kita untuk menjadi perempuan berkemajuan yang dapat mewujudkan cita-cita bangsa. Untuk itu kita perlu meningkatkan pendidikan dan keterampilan serta meningkatkan kesadaran akan hak-hak perempuan. Kita juga perlu berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan politik untuk dapat berkontribusi dalam pembangunan bangsa.
Dengan demikian kitalah yang paling bertanggung jawab atas hidup kita sendiri. Kita tidak bisa hanya duduk dan menunggu untuk seseorang menyelamatkan, memperbaiki, dan membantu. Jika tidak kita akan kehabisan waktu, sehingga semakin cepat kita memulai dan melakukannya, maka akan semakin cepat kita merubah dan mewujudkan diri menjadi perempuan yang berkemajuan dan berkomitmen.
Mulailah dari diri sendiri menjadi perempuan yang berkarakter, mandiri, dan berdaya. Tunjukan potensi perempuan berkemajuan yang luar biasa. Dan mari bersinar bersama. (*)