FGD Cipayung Plus di Tarakan, Jadikan Pancasila sebagai Fondasi Demokrasi

Berita, Tarakan504 Views

Tarakan, NEAZONE.ID – Rumah kebangsaan cipayung plus, mengadakan kegiatan Focus Grup Discusion (FGD) Di kota Tarakan rumah makan Pondles, 24 Desember 2024.

Bertemakan Memperkokoh Ideologi Pancasila, Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam mewujudkan suasana kondusif di Masyarakat Provinsi Kalimantan Utara, antusias dihadiri oleh kalangan aktivis dan intelektual muda Tarakan.

Heris selaku Koordinator kegiatan menjelaskan, kegiatan ini bertujuan untuk menjaga silaturahmi antara semua Cipayung plus yang ada di Kalimantan Utara agar sekiranya rumah kebangsaan cipayung plus yang ada di provinsi Kalimantan Utar bisa di urus bersama-sama.

“Capaian kita dalam kegiatan ini adalah pertama, meningkatnya pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya ideologi Pancasila, kedua, penguatan demokrasi dan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan ketiga adalah perlindungan dan pemajuan HAM di Provinsi Kaltara”, terang Heris.

Selanjutnya, tambah Heris, pihaknya akan menjadikan Pancasila sebagai fondasi, demokrasi sebagai jiwa, dan HAM sebagai ruh dalam membangun masyarakat Kaltara yang harmonis dan berkeadilan.

“Kita harus terus memperkuat ideologi Pancasila untuk menciptakan masyarakat yang toleran, demokratis, dan menghormati hak-hak asasi manusia,Kegiatan ini adalah langkah awal menuju Kaltara yang lebih baik, di mana setiap individu merasa dihormati, didengar, dan dipenuhi hak-haknya”, sambungnya.

Lebih jauh ia menjelaskan, dilema untuk seluruh mahasiswa hari ini adalah krisis identitas. Mahasiswa kerap kali tidak mengenal esensi dan tujuannya sendiri dalam mengemban amanah pendidikan di perguruan tinggi. Khusus di Kaltara sendiri kita menduduki peringkat terendah kedua dari bawah dalam tingkat partisipasi publik dan kepemimpinan di Indonesia.

Hal senada juga disampaikan Ketua PMII cabang Tarakan, Linta Sholihat, ia tidak menafikan semangat mahasiswa dalam pergerakan dan belajar cenderung menurun, sehingga menurutnya, banyak mahasiswa tidak pandai dalam memahami bacaan dan sulit menulis hasil bacaan.

“Kita terbelenggu dengan aturan perkuliahan yang ketat banyaknya tugas dan perkuliahan yang padat dan administrasi yang terlalu banyak membuat mahasiswa kerap kali menjadikan alasan itu semua untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan intelektual di luar kampus”, ungkapnya.

Linta membedah, rantai ketakutan di perguruan tinggi, yaitu Pemerintah takut dengan mahasiswa, Mahasiswa takut dengan Dosen, dan Dosen takut dengan Pemerintah. Sehingga stigma ini lah yang tertanam dan membuat semangat mahasiswa dalam menyuarakan pendapat semakin menurun.

FGD tersebut dihadiri oleh peserta antara lain, Cipayung plus Kalimantan Utara, lembaga BEM Universitas yang ada di kota Tarakan dan berbagai organda tingkat satu yang ada di kota Tarakan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *